Translate

Jumat, 14 September 2012

Green Movement Work Camp

Terbayang serunya berkumpul dengan sesama traveler di acara Work Camp for Green Movement, dalam rangkaian acara CSIFestive2012 - Bali. Work Camp ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar sesama pecinta petualangan alam atau olah raga outdoor.

Klik pendaftaran untuk ikut serta dalam acara ini.

Di mana : Situs perkemahan Cekik, Taman Nasional Bali Barat (Note: ketentuan TNBB:  biaya masuk dalam camping ground cekik Rp.10,000/orang)
Kapan : Tanggal 25 Oktober (diharapkan semua peserta sudah berada di lokasi pada pukul 15.00)

Meeting point : tanggal 25 Oktober 2012
- Denpasar : Jam 11.00 WITA di McD Gatot Subroto Tengah (Dekat ke arah Ubung Terminal)
                    Jam 17.00 WITA di McD Gatot Subroto Tengah (Dekat ke arah Ubudng Terminal), khusus bagi mereka yang ingin bergabung sepulang kerja.

Apa yang perlu dibawa? Peralatan camping pastinya! Peralatan snorkeling, swin suit dong pastinya, diving gear (bila tidak ada, bisa dikoordinasikan oleh person in charge di Taman Nasional Bali Barat). Hey jangan lupa sun block! (reminder ini akan kami ulang terus menerus ;p)







Apa saja yang akan dikerjakan pada hari itu?

1. Presentasi dari TNBB mengenai potensi taman nasional
2. Presentasi oleh Friends of Menjangan mengenai kegiatan green movement
3. Briefing bagi mereka yang mengikuti program Watersport for Green Movement (Tgl 26 Oktober di Menjangan Island)
4. Presentasi dari bintang tamu (Diver senior Indonesia)
5. Presentasi dari anggota CS dan komunitas lain yang ingin berbagi
6. Pemutaran filem dokumenter

Apa saja persiapan yang dibutuhkan untuk mengikuti acara Green Movement Work Camp?
1. Tenda (pihak penyelenggara tidak menyediakan tenda)
2. Lotion pengusir nyamuk
3. Kantong sampah
4. Biaya tiket memasuki areal perkemahan Rp. 10.000/orang
5. Sun screen
6. Topi
7. Peralatan snorkel bagi mereka yang ingin mengikuti program tanggal 26 Oktober (masih di area TNBB)

Sekilas Mengenai Taman Nasional Bali Barat





  1. Letak dan Luas
    Secara administrasi pemerintahan, Taman Nasional Bali Barat (TNBB) terletak dalam 2 kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng dan Jembrana, Propinsi Bali. Secara geografis terletak antara 8o 05′ 20″ sampai dengan 8o 15′ 25″ LS dan 114o 25′ 00″ sampai dengan 114o 56′ 30″ BT.
  2. Keadaan Kawasan
    • TopografiTopografi kawasan terdiri dari dataran landai (sebagian besar datar), agak curam, dengan ketinggian tempat antara 0 s.d 1.414 mdpl.
      Terdapat 4 buah gunung yang cukup dikenal dalam kawasan, yaitu Gunung Prapat Agung setinggi ± 310 mdpl, Gunung Banyuwedang ± 430 mdpl, Gunung Klatakan ± 698 mdpl dan Gunung Sangiang yang tertinggi yaitu ± 1002 mdpl. Di perairan laut terdapat 4 pulau yang masuk dalam kawasan TNBB yaitu P. Menjangan ± 175 Ha, P. Burung, P. Gadung, dan P. Kalong.
    • Geologi dan TanahBerdasarkan Peta Tanah Tinjau P. Bali skala 1 : 250.000 (Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Wilayah DAS Pancoran, Teluk Terima, Balingkang Anyar Unda dan Sema Bor) tahun 1984 formasi Geologi, TNBB sebagian besar terdiri dari Latosol.
    • Iklim dan HidrologiBerdasarkan Schmidt dan Ferguson, kawasan TNBB termasuk tipe klasifikasi D, E, C dengan curah hujan rata-rata D : 1.064 mm / tahun, E : 972 mm / tahun, dan C : 1.559 mm / tahun.
      Temperatur udara rata-rata 33o C pada beberapa lokasi, kelembaban udara di dalam hutan sekitar 86 %. Sungai-sungai yang ada dalam kawasan TNBB meliputi S. Labuan Lalang, S. Teluk Terima, S. Trenggulun, S. Bajra / Klatakan, S. Melaya, dan S. Sangiang Gede.
  3. AksesibilitasTaman Nasional Bali Barat terletak di ujung barat Pulau Bali lebih kurang 2 Kilometer dari Pelabuhan Penyebrangan Gili,manuk. Untuk sampai ke kawasan ini dapat dicapai dengan kendaraan darat. Dari Ibu Kota Propinsi Bali, Denpasar, dapat ditempuh selama ± 3 jam perjalanan darat.
  4. Keadaan Penduduk di Sekitar Kawasan
    Seperti penduduk lainnya yang berbatasan langsung dengan hutan yang merupakan kawasan konservasi, ketergantungan penduduk terhadap sumberdaya hutan juga masih cukup tinggi. Ketergantungan ini biasanya terhadap sumberdaya kayu bakar untuk keperluan rumah tangga maupun sumberdaya pakan ternak. Ketergantungan ini tentunya juga sedikit banyak akan mempengaruhi keutuhan dan kelestarian sumberdaya kawasan konservasi. Selain itu, sumberdaya hutan yang seringkali dijadikan komoditi dan diambil dari Taman Nasional oleh penduduk diantaranya satwa-satwa liar.
  5. Sarana Prasarana Pendukung Sekitar Kawasan
    Beberapa sarana dan prasarana untuk kepentingan wisata alam yang ada antara lain : beberapa obyek wisata yang berada di dalam kawasan Taman Nasional maupun di sekitar kawasan Taman Nasional. Untuk di dalam kawasan Taman Nasional, kebanyakan berupa wisata budaya yang berupa pura. Beberapa sarana yang dimiliki oleh Taman Nasional diantaranya Information Centre di Kantor Taman Nasional, shelter-shelter yang tersebar di dalam kawasan.
  6. Data Jumlah Pengunjung 5 (Lima) Tahun Terakhir
    Data jumlah pengunjung , peneliti dan berkemah per tahun antara tahun 1995 – 2004 :
    TahunNusantaraMancanegara
    199534.49621.611
    199645.77422.635
    199787.94720.280
    199891.37138.215
    199952.01022.099
    200011.00120.168
    200121.01020.895
    200219.63321.008
    200365.84815.226
    200411.7312.897
  7. Keterangan :
    Wisatawan yang terbanyak dari : Eropa, Amerika dan Asia (Jepang)
    Data 2004 sampai dengan bulan Maret




Selasa, 11 September 2012

Learn More about Subak




Subak Jadi Roh Kebudayaan Bali 
http:/nasional.kompas.com/read/2012/07/06/05320859/Subak.Jadi.Roh.Kebudayaan.Bali

Denpasar, Kompas - Subak adalah roh sekaligus identitas kebudayaan Bali. Penetapan subak di Bali sebagai situs warisan budaya dunia diharapkan mendorong pelestarian dan perlindungan tradisi itu di Bali.

Demikian mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih seusai seminar ketahanan pangan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, Denpasar, Kamis (5/7). Bungaran menyambut baik penetapan subak sebagai situs warisan budaya dunia.


Menurut Bungaran, subak adalah warisan budaya yang sudah berumur panjang dan masih bertahan sampai saat ini. ”Subak itu bentuk kearifan lokal, dan menjadi warisan budaya masyarakat Bali. Situasi sudah banyak berubah, konteks juga sudah berubah, karena itu, subak juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tanpa harus meninggalkan rohnya,” kata Menteri Pertanian periode 2001– 2004 itu.

Selain menyangkut pertanian, subak juga merupakan sistem budaya sehingga perlu keterlibatan ahli-ahli budaya dalam upaya pelestariannya. Termasuk, perlu sinergi dengan pariwisata dan modernisasi di Bali. ”Karena itu, perlu pemikiran ahli-ahli kebudayaan agar subak tak kehilangan identitasnya,” ujarnya.

Subak ditetapkan sebagai situs warisan budaya dunia pada sidang Komite Warisan Dunia ke-36 UNESCO di Rusia, Jumat (29/6). Penetapan itu sekaligus pengakuan subak sebagai budaya asli Indonesia (Kompas, 30/6).

Wayan Windia, Ketua Grup Riset Sistem Subak Universitas Udayana menyebutkan, sawah di Bali mulai dibangun sejak abad ke-9 dan sistem subak mulai ada tahun 1072. Sawah dan subak merupakan bagian dari kebudayaan Bali yang perlu diperkuat dan diberdayakan. Namun, ada tantangan serius, yakni peralihan fungsi lahan sawah. Dalam tahun 2005-2009, luas lahan sawah di Bali menyusut 5.000 hektar menjadi 82.644 hektar. (COK)

Workshop singkat mengenai Subak nanti akan dibawakan oleh Guru Besar Subak Dr. Ir. I Wayan Windia, pada tanggal 20 Oktober 2012. Sosok Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Udayana yang sederhana dan pembawaannya yang santai akan mengisi kegiatan trekking yang berlokasi di Jatiluwih menjadi semakin bermakna. Bagi mereka yang memandang Bali sebagai salah satu tempat tujuan wisata kelas dunia, sudah pasti tertarik akan kontur alamnya yang terkesan "celestial" dengan hamparan sawah terasering yang khas. Apa yang membuat Bali unik? Anda akan dapatkan jawabannya di workshop singkat seputar SUBAK nanti. Perdalam pengetahuan Anda tentang Bali, bergabunglah bersama kami di CSIF2012!





Cultural Landscape of Bali Province: The  Subak  System as a Manifestation of the  Tri Hita Karana  Philosophy



200 Students from Across Indonesia Learn about the Cultural Landscape of Bali Province: The Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy
200 Students from Across Indonesia Learn about the Cultural Landscape of Bali Province: The Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana Philosophy

DG3.jpg